Namaku Erna. Aku merupakan cucu ke 5 dari keluarga besar ayahku. Keluargaku termasuk keluarga yang disegani oleh masyarakat sekitar. Dibesarkan oleh tata krama, pandangan sosial, dan derajat yang mereka anggap tinggi. Di keluargaku, patuh terhadap kehendak keluarga dianggap sebagai suatu kewajiban yang harus dipatuhi. Menolak untuk mengikuti dapat menyebabkan seseorang dianggap sebagai anak yang pembangkang. Definisi sukses dan bahagia yang dipikirkan mereka hanyalah soal derajat dan materi. Padahal, kebahagiaan sejati adalah bagaimana kita menikmati perjalanan hidup dan memberikan makna pada setiap pengalaman.
Jika melihat sejarah pendidikan dalam keluarga kami, meraih strata satu adalah hal yang lumrah. Bahkan, setiap anak diharapkan untuk mengikuti jejak kakak-kakaknya, baik dalam prestasi akademik maupun non-akademik, sehingga mereka dapat mengangkat nama keluarga ke prestasi yang lebih tinggi. Berbeda dengan diriku, aku terlahir sebagai anak yang sederhana yang tidak ingin repot dengan harapan dan tuntutan orang dewasa. Aku ingin berproses, bergerak, mengambil keputusan, dan menjalani hidup dengan caraku sendiri. Setidaknya, aku ingin benar-benar hidup dengan kemampuanku sendiri. Sayangnya semua hanya sebatas keinginanku saja, tidak pernah terwujud, dan tidak pernah berani aku lakukan, sehingga melupakan arti sebenarnya dari menikmati hidup.
“Kamu harus masuk jurusan hukum,” ucap keluargaku, ketika aku ingin mengambil jurusan kuliah lain. Aku jalani semuanya hingga pendidikanku selesai. Meskipun aku menyelesaikan pendidikan itu, aku merasakan banyak penyesalan karena kurangnya semangat dalam kuliah yang tidak sesuai dengan pilihan hatiku. Meskipun sempat hilang arah, aku menemukan kembali keberanianku di semester akhir. Sadar bahwa hidupku adalah jalanku sendiri, aku memutuskan untuk tidak lagi terbelenggu oleh ekspektasi orang lain. Dengan tekad itu, aku mengeksplorasi berbagai pilihan karier yang sesuai dengan minat dan jurusanku. Aku mengambil langkah aktif untuk mencoba segala peluang yang ada, bertekad menentukan arah karierku di masa depan. Setelah menemukan panggilan karierku, aku yakin bahwa jalan yang aku pilih adalah menjadi seorang Human Resources. Kesadaran ini muncul setelah mengikuti berbagai pelatihan dan magang di bidang Human Resources. Rasanya sungguh memuaskan hatiku untuk mendalami bidang ini.
Waktu terus berjalan hingga pada Juni 2023, aku telah berhasil menyelesaikan tugas akhirku, yaitu skripsi. Namun, terdapat beberapa hal diluar kendaliku yang mengharuskan aku wisuda di bulan November. Awalnya, aku merasa tidak adil bahwa rencana yang telah aku susun begitu rapi harus berubah. Namun, aku menyadari bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan yang aku inginkan. Keluarga besarku mengetahui kalau aku akan segera wisuda dan mereka mulai memberikan berbagai ekspektasi tinggi kepadaku. "Kamu lulusan hukum, kamu harus jadi hakim seperti kakakmu, kamu harus jadi jaksa seperti kakakmu, kamu harus jadi advokat seperti kakakmu, kamu harus S2 di luar negeri seperti kakakmu," ucap keluarga besar ayahku. Aku sedih ketika mendengarnya, aku merasa seperti memikul beban yang sangat berat dan timbul rasa ingin menyerah terlintas di benakku.
Aku mencoba untuk berdiskusi tentang masa depan dengan seniorku. Ia menceritakan bahwa keluarganya mengharapkan dia untuk bisa menjadi seorang advokat, namun setelah dijalani, dia tidak mampu merasakan kebahagiaan. Profesi advokat bukanlah keinginannya. Dia sudah mencoba dan berusaha, namun dia tidak bisa merasakan hidup. Sampai di mana ia merasakan berada di titik terendah, yaitu depresi. Setelah berkonsultasi kepada psikiater, ia menyadari bagaimana seharusnya menjalani hidup sesuai dengan keinginannya. "Tidak bisa memenuhi ekspektasi keluarga bukan berarti kita tidak sukses," ucapnya. Ia membuktikan bahwa dirinya bisa sukses dengan jalan yang dipilih. Hal ini terbukti saat dia sukses menjalankan beberapa bisnis kulinernya di Bali. Dari pengalaman seniorku, aku belajar bahwa aku tidak akan bisa memenuhi semua ekspektasi orang lain. Aku berhak menemukan makna hidupku sendiri, dengan memperhatikan apa yang membuatku merasa hidup.
Aku mulai memberanikan diri untuk jujur dan membicarakan ini dengan orang tuaku, aku tidak ingin lagi menjalani sesuatu yang tidak benar-benar aku sukai. Perdebatan panjang tentang masa depanku terjadi ketika aku mengungkapkan niatku untuk menjadi bagian dari Human Resources. "Dalam perjalanan hidup yang panjang ini, Ayah, Ibu, aku memahami bahwa tanggung jawab dalam menentukan nasibku ada pada diriku sendiri. Aku hanya memohon restu kalian. Aku ingin Tuhan meridhoi setiap pilihan yang kuambil. Aku tidak ingin terus terbelenggu oleh hal-hal yang tidak memberikan kepuasan dan membuatku hampa. Aku telah tumbuh menjadi dewasa yang sadar akan hakku untuk menentukan arah hidupku sendiri," ujarku sambil menahan perasaanku. “Sungguh, harapanku adalah membahagiakan kalian. Tetapi, tentu dengan jalanku sendiri dan aku yakin aku pasti bisa. Tolong kasih aku kesempatan. Aku ingin menciptakan kebahagiaan dengan jalanku sendiri,” kataku dengan yakin sambil menatap mereka. Ibu menatap mataku dan berkata “Kamu benar, kamu juga berhak punya mimpi. Ibu akan mendukungmu,” ucap ibuku. Aku senang mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut ibuku. Akhirnya, aku memiliki seseorang yang memberikan dukungan penuh pada diriku.
Aku mencoba melamar di beberapa perusahaan swasta untuk posisi Human Resources. Meski mengalami kegagalan berulang kali, aku tidak menyerah. Aku harus bertanggung jawab atas pilihan yang telah kubuat. Akhirnya, berkat doa dan usahaku, Tuhan tidak membiarkan diriku untuk putus asa. Aku bisa bekerja sebagai Human Resources di salah satu perusahaan IT di Jakarta. Ini merupakan langkah awal karierku yang sesungguhnya. Aku bertekad untuk terus belajar dan mencapai setiap target dalam hidupku. “Ayo Erna, kamu bisa. Percaya bahwa hidupmu bisa berjalan dengan baik walaupun tidak bisa memenuhi harapan yang dipasang oleh pandangan orang lain terhadapmu. Hidup ini bukanlah tentang memenuhi ekspektasi orang lain, tetapi tentang menemukan jati diri dan kebahagiaan di dalamnya,” kataku, menguatkan diriku sendiri.
Berpikir positif terhadap hidup sangatlah penting karena kita tidak dapat memprediksi apa yang hidup akan berikan kepada kita. Namun, dengan berpikir positif, kita akan selalu dapat menemukan sisi baik dalam setiap situasi. Aku yakin bahwa menemukan jalur hidup sendiri berarti mengikuti kebahagiaan diri juga. Ketika aku membuat tulisan ini, terlintas dalam pikiranku untuk menyampaikan pesan melalui sebuah puisi. Meskipun pencapaianku bukanlah sesuatu hal yang luar biasa hebat, aku ingin menekankan betapa pentingnya bagi kita untuk menemukan kebahagian sendiri.
Di perjalanan hidup yang tak terduga,
Menemukan jalanmu, oh betapa indahnya.
Di antara belokan yang gelap,
Cahaya kebahagiaanmu bersinar begitu terang.
Langkah demi langkah, hatimu mengikuti,
Jejak kebahagiaan yang tak terlupakan.
Bukanlah tentang mengikuti arah yang telah ditetapkan,
Tapi tentang menemukan makna di setiap langkah yang diambil.
Janganlah ragu, teruslah berjalan,
Karena di ujung jalan itu, kebahagiaan menantimu.
Tentang Penulis
Erna Hadi Tri Pratama, yang akrab dipanggil Erna, adalah seorang Volunteer Girl Boss Indonesia dan memiliki jabatan sebagai Manager Bidang Legal Compliance. Selain aktif di Girl Boss Indonesia, Erna aktif sebagai karyawan magang di legal content writer di sah! Indonesia (PT Solusi Administrasi Hukum), bekerja di PT Ivonesia Solusi Data sebagai HR. Memiliki hobi menonton film dan tidur. Untuk informasi lebih lanjut girlies bisa berkujung ke akun instagram Erna yaitu @ernaprtm12.
Editor: Devine Cendra Ellison dan Willyza Khaira
Online Zine merupakan platform yang disediakan oleh bidang Broadcasting, Girl Boss Indonesia, ditujukan kepada anggota dan para followers untuk menyalurkan bakat dan isi pikiran dengan mengirimkan tulisan, opini, cerita, pengalaman, dan karya seputar topik women development (career, finance, manner), reading/film nooks, women affairs (social, environment, health), dan lifestyle (makeup, fashion, hobi, dll) yang akan diterbitkan di Substack Girl Boss Indonesia. Kirimkan tulisan kalian ke e-mail: broadcasting.gbid@gmail.com, tulisan yang terpilih akan dihubungi oleh Tim Jurnalis melalui e-mail. Info selengkapnya: